Mengukir Bangunan - Bab 216 - Hadits 460 - Kitab Al-Adab Al-Mufrad (Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A.)
Bersama Pemateri :
Ustadz Syafiq Riza Basalamah
Kajian Kitab Adabul Mufrad oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A.
Pada kajian kali ini Ustadz Syafiq akan membahas tentang “Mengukir Bangunan – Bab 216 – Hadits 460“. Semoga bermanfaat.
Download juga kajian sebelumnya: “Tempat Tinggal yang Luas – Bab 214 – Hadits 457 – Kitab Al-Adab Al-Mufrad (Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A.)”
[sc:status-adabul-mufrad-ustadz-syafiq-riza-basalamah-2014]Ringkasan Kajian Kitab Adabul Mufrad: Mengukir Bangunan
Bab 216. Mengukir Bangunan
Hadits 460:
Musa menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu ‘Awanah menceritakan kepada kami, ia berkata, ‘Abdul Malik bin ‘Umair menceritakan kepada kami:
Dari Warrad, juru tulis al-Mughirah, ia berkata, “Mu’awiah menulis surat kepada al-Mughirah, “Tulislah kepadaku tentang apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Al-Mughirah lalu menulis kepadanya, ‘Sesungguhnya setiap Nabi Allah usah shalat mengucapkan, ‘Laa ilaaha illallahu wahdahula syarikalah lahulmulku walahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syaiin qadiir. Allahumma laa maani’a limaa athaita walaa Mu’thiya limaa mana’ta walaa yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu (Tidak ada sesembahan selain Allah, Dia Yang Maha Esa, tidak ada sekutu apa pun bagi-Nya, milik-Nya jualah segala kerajaan dan milik-Nya jualah segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang menahan atas apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang memberi atas apa yang Engkau tahan, dan tidak berguna kekayaan bagi orang yang memilikinya dari (adzab)-Mu).” Dia juga menulis, ‘Sesungguhnya beliau melarang perkataan, ‘Si Fulan mengatakan begini dan begitu,’ dan (melarang) banyak bertanya serta membuang-buang harta. Beliau juga melarang durhaka terhadap kedua orang tua dan mengubur hidup-hidup anak perempuan serta kikir dan meminta-minta.`”
Dalam hadits di atas Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang untuk sibuk mengikuti berita-berita dan sibuk dengan perkataan orang-orang. Bahkan jika diperhatikan, ada orang yang hidupnya habis untuk berburu berita yang kalaupun itu benar, berita itu tidak berguna untuknya sendiri ataupun orang lain. Seorang muslim tidak sepantasnya menyibukkan diri dengan berita-berita. Meskipun hal itu berita yang benar. Karena pada dasarnya hal ini tidak menambahkan iman dan telah membuang sebagian besar waktu yang telah Allah karuniakan.
Waktu yang dimiliki oleh seorang muslim sangatlah sedikit dalam kehidupan ini. Dan yang termahal yang dimiliki seseorang bukanlah harta, tapi waktu. Sehingga nanti orang-orang pada hari akhir akan menyesal terhadap waktu-waktu yang Allah berikan kepada dia ternyata tidak diisi dengan ketaatan kepada Allah.
Larangan yang kedua dalam hadits di atas adalah banyak bertanya. Bahkan terkadang terjadi pada sebagian kaum muslimin yang banyak bertanya namun tidak diamalkan. Atau bertanya pertanyaan yang kurang berguna.
Larangan yang ketiga adalah yang berkaitan dengan bab menghiasi rumah atau mengukir bangunan. Imam Bukhori ketika menyebutkan hadist ini, beliau ingin menetapkan bahwa diantara bentuk membuang-buang harta tidak pada tempatnya adalah sibuk menghiasi rumah. Islam tidak mempermasalahkan umatnya membangun rumah yang indah. Tapi jangan sampai seorang muslim membuang harta kepada sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Selanjutnya, yang tidak diperbolehkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah durhaka kepada orang tua dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menyebutkan ayah karena kebanyakan anak durhaka kepada ibunya.
Yang terakhir adalah larangan untuk kikir dan meminta-minta. Kikir mengakibatkan seseorang menghalangi orang lain dari apa yang menjadi haknya. Pada kondisi yang lain Nabi juga melarang untuk meminta-minta.
Dengarkan penjelasan lengkapnya dan download MP3 kajian Kitab Adabul Mufrad: Mengukir Bangunan – Bab 216 – Hadits 460 – Kitab Al-Adab Al-Mufrad
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk membagikan rekaman kajian ini ke saudara-saudara kita atau teman-teman kita baik itu melalui Facebook, Twitter, Google+, atau media yang lainnya agar kebaikan ini tidak berhenti begitu saja. Jazakumullahu khairan
[stumble]